Lampiran


LAMPIRAN A
HIKAYAT SANG KANCIL

Suatu hari Sang Kancil berjalan-jalan di dalam hutan untuk mencari makanan. Cuaca pada hari tersebut sangat panas, menyebabkan Sang Kancil berasa dahaga kerana terlalu lama berjalan, lalu ia berusaha mencari sungai yang berdekatan.
Setelah meredah hutan akhirnya kancil berjumpa dengan sebatang sungai yang sangat jernih airnya. Tanpa membuang masa Sang Kancil terus minum dengan sepuas-puasnya. Kedinginan air sungai tersebut telah menghilangkan rasa dahaga Sang Kancil.
Sang Kancil menyusuri tebing sungai tersebut sambil memakan dedaun kegemarannya yang terdapat di sekitarnya. Apabila tiba di satu kawasan yang agak lapang, Sang Kancil terpandang kebun buah-buahan yang sedang masak ranum di seberang sungai.
"Alangkah enaknya jika aku dapat menyeberangi sungai ini dan dapat menikmati buah-buahan tersebut" fikir Sang Kancil.
Sang Kancil terus berfikir mencari akal bagaimana untuk menyeberangi sungai yang sangat dalam lagi deras arusnya.
Tiba-tiba Sang Kancil terpandang Sang Buaya yang sedang asyik berjemur di tebing sungai.  Sudah menjadi kebiasaan buaya apabila hari panas ia suka berjemur untuk mendapat cahaya matahari.
Namun Sang Kancil berasa risau kerana Sang Buaya adalah haiwan yang paling ganas di hutan tersebut. Tapi ia telah memikirkan jalan bagaimana hendak menipu Sang buaya.
Tanpa berlengah-lengah dan rasa takut lagi kancil terus menghampiri buaya yang sedang berjemur lalu berkata " Hai Sang Buaya?”.
Buaya yang sedang asyik menikmati cahaya matahari, terkejut dan terus membuka mata dan didapati sang kancil yang menegurnya tadi. Sang Buaya pantang melihat mangsa di depan mata.
“Haha..Kamu nak apa Sang Kancil ?” tanya buaya lagi dengan muka yang garang.
Sang buaya berkata di dalam hati “ wahh.. Rezeki aku hari ni”.
Sang Kancil menjawab“ Aku membawa khabar gembira untuk kamu“.
Sang Buaya yang tadinya berwajah garang berubah kepada teruja, ia menjadi tidak sabar lagi ingin mendengar khabar yang dibawa oleh Sang Kancil.
Kancil berkata "Aku diperintahkan oleh Raja Sulaiman supaya menghitung jumlah buaya yang terdapat di dalam sungai ini kerana Raja Sulaiman ingin memberi hadiah kepada kamu semua".
“Baiklah, kamu tunggu di sini, aku akan turun ke dasar sungai untuk memanggil semua kawan aku“, kata Sang Buaya.
Sementara itu Sang Kancil sudah berangan-angan untuk menikmati buah-buahan. Tidak lama kemudian semua buaya yang berada di dasar sungai berkumpul di tebing sungai.
Sang Buaya berkata, "Hai buaya sekalian, kita telah diperintahkan oleh Raja Sulaiman supaya Sang Kancil  menghitung jumlah kita semua kerana Raja Sulaiman akan memberi hadiah yang istimewa pada hari ini". "Beraturlah kamu merentasi sungai bermula daripada tebing sebelah sini sehingga ke tebing sebelah sana“, tambah Sang Buaya lagi.
Oleh kerana perintah tersebut adalah datangnya daripada Raja  Sulaiman semua buaya segera beratur tanpa membantah.
Sang Buaya berkata dengan teruja, "Sekarang hitunglah, kami sudah bersedia.
Sang Kancil tersenyum lalu melompat ke atas buaya yang pertama di tepi sungai dan ia mula menghitung dengan menyebut
            "Satu dua tiga lekuk, jantan betina aku ketuk" sambil mengetuk kepala buaya begitulah sehingga kancil berjaya menyeberangi sungai.

Sang Kancil terus melompat kegembiraan dan terus meninggalkan buaya-buaya tersebut dan terus menghilangkan diri di dalam kebun buah-buahan untuk menikmati buah-buahan yang sedang masak ranum itu.



LAMPIRAN B


LEMBARAN KERJA 

PENGAYAAN

Arahan : Bina sebuah karangan pendek mengenai pengajaran yang anda perolehi melalui cerita “ Hikayat Sang Kancil” sekurang-kurangya 80 patah perkataan.

________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________




No comments:

Post a Comment